koleksi cerpen

KETEGARAN CINTA BERTASBIH

Seorang sahabat, Mimi namanya, kami bersahabat puluhan tahun sejak kami sama-sama duduk di sekolah dasar (SD), selama beberapa tahun itu saya mengenalnya, sangat mengenalnya, Mimi gadis sederhana, anak tunggal seorang juragan sapi perah di wilayah kami, memiliki mata sebening kaca, dan lesung pipit yang manis menawan siapa saja akan runtuh hatinya jika memandang senyumnya, termasuk saya’. dan nilai tambahnya adalah dia seorang yang sangat sholehah, yang patuh pada kedua orang tuanya.

Tetapi Ranu, Don Juan yang satu ini juga sangat menyukai Mimi, track recordnya tidak menggoyahkannya untuk merebut hati Mimi. Sedangkan saya hanya bisa menatap cinta dari balik senyuman tipis ketegaran.
Setiap pagi hari, petugas rutin kantor pos pasti sudah nangkring di sudut rumah besar di ujung gang kampung kami, (rumah Mimi).

Menunggu pemilik rumah membukakan pintu demi dilewati selembar surat warna merah jambu milik Ranu untuk sang pujaan hatinya.

Sedang Mimi yang semula tak bergeming, menjadi kian berbunga-bunga diserang ribuan rayuan gombal milik don juan.

Merekapun pacaran dari mulai kelas 1 SMP bayangkan, hingga menikah. Sebagai tetangga sekaligus teman yang baik, saya hanya bisa mendukung dan ikut bahagia dengan keadaan tersebut. (walaupun hati ini meratap) Apalagi Mimi dan Ranu saling mendukung, dan sama-sama bisa menjaga dirinya, hingga ke Pelaminan,,Insyaallah.

Hingga tiba ketika selesai kuliah, mereka berdua ingin mewujudkan cita-cita bersama, membina keluarga, yang sakinah, mawaddah, dan warohmah.

Namun, namanya hidup pasti ada saja kendalanya, dibalik kesejukan melihat hubungan mereka yang adem anyem, orang tua Ranu yang salah satu anggota di DP….!! itu, menginginkan Ranu menikahi orang lain pilihan kedua orang tuanya, namun Ranu rupanya cinta mati dengan Mimi, sehingga mereka memutuskan untuk menikah, sekalipun diluar persetujuan orang tua Ranu, dan secara otomatis Ranu, diharuskan menyingkir dari percaturan hak waris kedua orang tuanya, disertai sumpah serapah dan segala macam cacian.

Ranu akhirnya melangkah bersama Mimi, setelah menikah, mereka pergi menjauh keluar dari kota kami, Dumai, menuju Pekan Baru, dengan menjual seluruh harta peninggalan kedua orang tua Mimi yang sudah tidak ada, (semenjak Mimi di bangku SMA, orang tuanya kecelakaan). Untuk mengadu nasibnya menuju ke Pekan Baru " Kota Bertuah" Istilah si Mimi dan Ranu.


Saya hanya dipamiti sekejap, tanpa bisa berkata-kata, hanya saling bersidekap tangan didada dan terharu panjang, Mimi menitipkan salam untuk Ibu yang sudah dianggapnya seperti Ibunya sendiri.

Masih tajam dalam ingatan, Mimi pergi bergandengan tangan dengan sang kekasih abadi pujaan hatinya “Ranu”, melenggang pelan bersama mobil yang membawa mereka menuju "Kota Bertuahnya" Pekan Baru.
Selama setahun, kami masih rutin berkirim kabar, hingga tahun kelima, dimana saya masih membujang dan masih menetap tinggal di Dumai, sedang Mimi entah kemana, hilang tak ketahuan rimbanya, setelah surat terakhir mengabarkan bahwa dia melahirkan anak keduanya, kemudian setelah itu kami tidak mendengar kabarnya, lagi.

Bahkan Ibuku yang sudah berhijrah hampir tiga tahun ini di Pekan Baru tempat kakakku juga tidak bisa melacak keberadaan Mimi, Mimi lenyap ditelan bumi, hanya doa saya dan Ibu serta sahabat-sahabat yang lain yang masih rutin kami panjatkan, untuk keberuntungan Mimi di sana.

Sampai di suatu siang yang terik, di hari sabtu, kebetulan saya berada dirumah karena kantor memang libur dihari sabtu dan minggu, tiba-tiba saya dikejutkan oleh suara ketokan pintu dikamar, mbak "Inul" patner kerja (alias Pembantu) kami mengabarkan ada tamu dari Pekan Baru, siapa gerangan pikir saya ketika itu.
Setelah saya temui, lama sekali saya memeperhatikan tamu tersebut, perempuan cantik berkulit putih, tapi bajunya sangat lusuh beserta ketiga anaknya, yang dua laki-laki kurus, bermata cekung terlihat sangat kelelahan, dan seorang bayi mungil dalam gendongan.

Sejenak saya tertegun, lupa-lupa ingat, hingga suara perempuan itu mengejutkan saya " Faris….Faris khan !", sejenak, dia ragu-ragu, hingga kemudian berlari merangkul saya, sambil terisak keras dibahu saya, saat itu saya hanya bisa diam tertegun dan tak tahu mau melakukan apa, dan saya tidak bisa menepis karena hal ini bukan muhrimnya.

Lalu setelah ia puas menangis, pelukan itu baru lepas, ketika kami dikejutkan oleh tangis bayi Mimi yang keras, yang rupanya tanpa kami sadari telah menyakitinya, dan menekan bayi itu dalam pelukan kami. Masyaallah !.semoga Allah mengampuni…..

Saya menjauhkannya dari bahu saya sambil masih ragu, berguman pelan "Mimi…Mimikah ?" Masyaallah…!, sekarang giliran saya yang ingin merangkul Mimi, tapi karena syari’at masih membayang dibatin. Aku hanya bisa bersidekap tangan didada tanpa bisa meluapkan perasaanku melihat kondisinya. Anak-anak Mimi yang melihat kami hanya termangu,

Mimi terlihat lebih tua dari usianya, namun kecantikan alaminya masih terlihat jelas, badannya kurus, dengan jilbab lusuh, yang berwarna buram, membawa tas koper berukuran besar yang sudah cuil dibeberapa bagian, mungkin karena gesekan atau juga benturan berkali-kali, seperti orang yang telah berjalan berpuluh-puluh kilometer.

Tanpa dikomando saya langsung mempersilahkan Mimi masuk kedalam rumah, membantu membawakan barang-barangnya, dibantu mbak Inul, meletakkan barangnya di ruang tamu, rumah saya.
Menunda beberapa pertanyaan yang telah menggunung dipikiran saya, Saya menatap dalam-dalam, Mimi sedemikian berubahnya, perempuan manis yang dulu saya kenal kini terlihat sangat berantakan, Masyaallah !, Mimi …ada apa denganmu!.

Saya menunda pertanyaan saya, hingga Mimi dan anak-anaknya mau saya paksa beristirahat beberapa hari dirumah saya, ia tidur dikamar ibu yang sudah dirapikan mbak Inul, saya rindu padanya, dan juga terharu melihat keadaannya.

Beberapa hari beristirahat dirumah saya, saya baru berani menanyakan tentang kabar keadaannya sekarang. Kami duduk diruang tamu sambil cerita ringan.

Semula Mimi terdiam seribu bahasa pada saat saya tanya keadaan Ranu, matanya berkaca-kaca, saya menghela nafas dalam, menunggu jawabannya lama, dalam hitungan menit hingga keluarlah suara parau dari mulutnya…

"Mas Ranu, Ris….sudah berpulang kepada-Nya lima bulan yang lalu".
"Oh" desah saya pelan, kata-kata Mimi membuat saya tercekat beberapa saat, namun sebelum saya sempat menimpali, bertubi-tubi Mimi menangis sambil setengah meracau "Mas Ranu kena kanker paru-paru, karena kebiasaannya merokok tiga tahun yang lalu, semua sisa peninggalan orang tuaku sudah habis terjual ludes, untuk biaya berobat, sedang penyakitnya bertambah parah, keluarga mas Ranu enggan membantu, kamu tahu sendiri khan, aku menantu yang tidak diinginkan, dan ketika Mas Ranu meninggal, orangtuanya masih saja membenciku, mereka sama sekali tidak mau membantu, aku bekerja serabutan di Pekan Baru, Ris.., mulai jadi tukang cuci, pembantu rumah tangga, dsb, hingga Mas Ranu meninggal, keluarganya, hanya memberiku uang sekedarnya untuk penguburan Mas Ranu, hingga aku terpaksa menjual rumah tempat tinggal kami satu-satunya, dan dari sana aku membayar semua tagihan rumah dan hutang-hutang pada tetangga, sisanya aku gunakan untuk berangkat ke Dumai, aku tidak sanggup mengadu nasib disana Ris…." Kata-kata Mimi berhenti disini, disambut isak tangisnya, sedang saya yang sedari tadi mendengarkan tak kuasa juga menahan haru yang sudah sedari tadi menyesak di dada.

Setelah kami sama-sama tenang, saya bertanya pada Mimi " Lalu apa rencanamu, Mimi ?".
Mimi tertegun… dia memandang saya nanar, saya menundukkan pandangan, karena saya takut terbawa rayuan syetan. kemudian dia mengulurkan tangan, memberikan seuntai kalung emas besar, "Sisa hartanya " begitu kata Mimi.

"Ini untukmu Ris.., aku gadaikan padamu, pinjami aku uang untuk modal usaha, dan kontrak rumah kecil-kecilan, aku tidak mau merepotkanmu lebih dari ini Ris..".

Aku yang menahan haru, sontak mataku langsung mengalirkan sesuatu, walaupun aku lelaki, namun hati ini bertindak sebagai makhluk tuhan yang berperasaan. kembali kami hanyut dalam haru.
Pelan-pelan saya, meraih kalung itu dari meja, menimbang-nimbang, pikiran saya melayang menuju sisa uang saya di amplop, dalam tas, Jum’at kemarin saya baru saja mendapat lembur-an, sebagai pegawai di suatu instansi, nilai lembur saya sangatlah kecil jika dibandingkan dengan pegawai yang lain tentunya, tapi itulah sisa uang saya, saya mengeluarkan amplop tersebut dari dalam tas, di kamar, semua saya infaqkan untuk Mimi, semata mata karena ikhlas.

Mimi menatap amplop di tangan saya, sejurus kemudian saya meletakkan amplop tersebut diatas meja sambil berkata "Ini sisa uangku Mimi, kamu ambil, nanti sisanya, biar saya pikirkan caranya, kamu butuh modal banyak untuk mulai usaha"

Keesokan harinya, saya menjual kalung Mimi, pada sahabat baik saya yang lain, kebetulan ia seorang pemodal-muslim, yang baik hati,.. "Thanks ya Hans".., saya menceritakan tentang keadaan Mimi pada mereka, Hans dan Istrinya banyak membantu " Ya Allah limpahilah berkah pada orang-orang baik seperti mereka".

Singkat cerita, Mimi bisa mulai usahanya dari modal itu, mengontrak rumah kecil didekat rumah saya, Alhamdulillah !, sekarang ditahun kedua, usahanya sudah menampakkan hasil, Mimi sudah sedemikian mandiri, banyak yang bisa saya contoh dari pribadinya yang kuat yaitu Mimi adalah pejuang sejati, ulet, sabar, dan kreatif.

Kuat karena Mimi enggan bergantung pada orang lain, dan tegar karena diterpa cobaan bertubi-tubi, Mimi tetap, kokoh, dan tidak bergeming sedikitpun, dia juga Smart, tahu dimana dia harus meminta pertolongan pada orang yang tepat, dan tentu saja muslimah yang taat beribadah, hingga Allah pun tak enggan membantunya.

Saya hanya berpikir dan yakin pasti ada jutaan Mimi-Mimi, diluar sana, akan tetapi pastinya sangat jarang yang melampui cobaan bertubi-tubi seperti dirinya dengan Indahnya.

Saya hanya ingin berbagi…..cobalah kita lihat, Mimi tetangga saya kini dan setiap pagi selalu menyapa riang saya, wajah cantiknya kembali bersinar, meskipun ia menyandang status janda. Yang kemudian dia tekun mendengar keluh kesah saya pada setiap permasalahan saya hadapi setiap harinya, termasuk ketika saya mulai mengeluh tidak betah dikantor sebagai pegawai sekian tahun, atau ketika saya menghadapi badai kemelut usia yang yang sudah berkepala tiga, apa kata Mimi

"Faris, Allah tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan seseorang atau Allah lebih tahu apa yang terbaik bagimu, sedangkan kamu tidak".
Subhanallah ! Mimi, contoh kekuatan wanita muslimah, ada disana.
Dan jika saya sudah menyerah kalah pada permasalahan bertubi-tubi dalam hidup saya, maka Mimi membawa saya menuju pintu rumah mungilnya, didepan pintunya, saya melihat kepulasan tidur anak-anaknya di ruang tamu yang ia jadikan ruang tidur, sedangkan kamar tidur ia jadikan dapur untuk memasak, (sungguh rumah yang mungil) mereka berjejal pada tempat tidur susun yang reyot, dan juga tempat tidur gulung kecil dibawahnya, tempat si sulungnya tidur, kemudian katanya, "Lihatlah Ris, betapa berat menjalani hidup seorang diri, tanpa bantuan bahu yang lain, kalau tidak terpaksa karena nasib, enggan aku menajalaninya, Ris, sedang kamu, bersyukurlah kamu, masih memiliki masa depan yang panjang ".
Duh, gusti betapa baik hati Mimi ini, betapa malu saya dihadapannya, cobaan saya, tentu jauh lebih ringan dibanding dirinya, tapi betapa saya jarang bersyukur, sering mengeluh, dan sering merasa kurang.
"Stupid mind in the Stupid ordinary " Yang jelas watak Mimi dan kekuatannya menumbuhkan satu prinsip dihati saya bahwa " Karena aku adalah lelaki, aku harus  kuat dan tegar lebih dari wanita ini dalam menghadapi badai sekeras apapun, jika mungkin jauh lebih kuat dan tegar demi tangan-tangan mungil yang mungkin akan menjadi tangan-tangan perkasa yang siap mencengkram dunia, Insyaallah Amien"
Singkat cerita, saya pun berhenti dari pekerjaan yang lama, sekarang saya bekerja lebih mapan dari yang dulu. Karena setiap pulang kerja saya melintas didepan rumah Mimi, dan terus memperhatikan ketegarannya, akhirnya Allah menumbuhkan kembali cinta dihatiku. Sampai suatu saat aku pun melamarnya agar hubungan kami dihalalkan oleh syari’at. Mimi hanya bisa menunduk malu dan tersenyum melihat anak-anaknya yang akan memiliki ayah yang baru. Dalam hati, Mimi bertakbir dan bertahmid melihat kekuasaan Allah..
Allahu Akbar….


CINTAMU ANUGRAHKU

Aku nur laila sofaniyyah, sekarang aku umur 17 tahun,umur17 tahun adalah umur yang sangat berharga bagiku sebab disinilah aku harus mencari jati diriku yang sebenarnya, setelah aku lulus dari SMA aku tak tahu mengapa aku dikirim oleh kedua orang tuaku ke salah satu ma’had disemarang,awalnya aku memberontak dengan keputsan kedua orang tuaku itu, tapi aku mulai berfikir dewasa munyikapi keputusan kedua orang tuaku itu mereka pasti menginginkan yang terbaik buat aku.

Dan aku pun berangkat meski ada rasa keterpaksaan dalam hatiku, di sana yang aku melihat banyak segerombolan makhluk tuhan dengan busana yang tertup dan menyandang kitab-kitabnya.hatiku mulai bergetar dan keingin untuk menjadi sepeti mereka,tapi dalam jiwaku masih tertanam glamornya busana kota Jakarta yang begitu trendy dan menarik.

Setelah aku di pertemukan dengan seseorang yang sebelumnya aku tidak pernah mengenalnya  ternyata dia adalah seorang ustadz,yaitu ustasz farrid yang menjadi pimpinan di pondok ini,akupun tercengang saat pertama kali ia memeperkenalkan dirinya dengan aura kewibawaan dan tutur kata yang lembut sebaba baru kali ini aku melihat ada ustadz yang masih muda dan ganteng sekali,aku duduk di apit kedua orang tuaku  dengan rasa yang awam yang tak pernah aku rasakan.

Selepas aku dan kedua orang tuaku berkenalan dan berbincang-bincang, akupun di antrkan oleh salah satu santri wati di salah satu kamar yang tidak begitu luas dan pengap,mulai dari situ aku berfikir bagaimanakah mereka dapat hidup dengan hal seperti ini?,apa yang mereka dapatkan dari sini?,akan jadi apa mereka setelah keluar dari sini? 

Tapi tidak berapa lama aku disana aku mulai sedikit mendapatkan beberapa titik terang dari pertanyaan-pertanyaanku dulu. Aku mulai belajar sedikit demi-sedikit untuk mendalami ilmu agama dan aku mulai nyaman untuk melanjutkan studyku di situ,tapi tentang rasa aneh yang aku rasakan saat aku melihat ustadz farrid aku tak pernah menemukan jawaban yang pasti karena aku takut mengatakan jika aku jatuh cinta,ketakutanku tidak lain hanya karena perbedaan di antara kita tapi aku merasakan sinyal-sinyal cinta darinya setiap aku melihatnya dia selalu aneh dan seperti menutup-nutupi sesuatu,saat dia menatapku aku tak pernah berani untuk membalas tatapannya,aku merasa canggung dan hatiku berdetak dengan dahsyatnya sampai-sampai raut wajah ini merah merona.

Aku sangat mengaguminya dan di setiap pengajiannya aku dapat di pastikan tidak pernah absent dan slalu di barisan terdepan,dan ustadz farrid pun tak pernah berani untuk berhadapan denganku,di suatu malam setelah aku dan teman-temanku sholat isya’ tak prernah ku duga bahwa ustadz farrid menyapaku dan kitapun akhirnya berbicara dan tidak lama kemudian ia mengeluarkan buku berwarna biru,ternyata itu adalah buku tentang kumpulan-kumpulan wanita sholikhah,aku tak mengeerti apa yang di maksutkanya dengan memberikanku buku seperti itu,tapi tidak lama kita pun saling berpamitan untuk ke tempat masing-masing.
Di dalam kamarku aku buka buku tersebut dan membacanya setelah beberapa halaman aku membacanya aku menemukan selembar kertas putih yang bernodakan tinta hiatam tertuliskan
Untukmu ya ukhti jamilah

Aku tuliskan sekata-dua kata hanya untuk memenuhi keinginan hatiku,dalam buku ini aku harapkan seorang wanita yang sama yang akan menjadi mishbakhul qolbi dan langit itu terasa terang saat cahaya yang terang meneranginya,dan disetiap langkahku aku inginkan ada cahaya yang menerangiku tanpa pamrih dan ikhlas menjalaninya.ku bungkam mulut ini untuk menahan rayuan syaiton tuk melindungi cahayaku dari rayuannya, sebab cahayaku masih mudah terkena angin-angin hitam,ku sadarka cahayaku dengan lisanku ku lindunganya dengan do’aku.

Cahayaku selalu kutititpkan dengan-nya agar dia yang menjaga cahayaku agar tak redup dan tak sirna akan buainnya  .jadilah cahaya itu untukku….sesungguhnya aku mencintai cahaya itu tidak lain hanya karena ALLAH.
Dariku…..farrid hidayat.

Ku rasakn kebahagiyaan yang begitu besar dalam hatiku, dan aku ber janji akan menjadi cahaya yang seperti dia ingikan.tapi aku tak pernah berani membalas surat darinnya karena aku rasa hanya  dengan senyuman manisku dia pasti bisa merasakn getar-getar cinta dalam hatiku.

Beberapa bulan kemudian ……
Hatiku hancur terasa tersayat-sayat oleh garangnya pedang nabi sulaiman saat aku mndengar bahwa ustadz farrid di jodohkan dengan saudara almarhum room sepuh yang dari tegal,aku merasakan kehilangan dan terasa apa yang aku lakukan untuk merubah keburukan dalam kehidupanku sia-sia tak da guna.
Di sore harinya aku di temui oleh seorang santri yang bernama latifah dia adalah orang dzalem yang selama ini mengetahui seluk beluk akan kehidupan ustadz farrid, benar saja dia sudah lama tinggal di pondok ini,dia menceritakan semua tentang ke’adaan ustadz farridz padaku, ternyata perjodohan itu adalah keinginan almarhum romo sepuh yaitu abah dari ustadz farrid,sebelum beliau wafat ia berpesan bahwa ia ingin sekali mempunyai menantu yang faham akan agama,sholikhah dan hafidzoh,aku sadar bahwa tak ada satupun kriteria yang diinginkan oleh oleh romo sepuh dalam diriku. Mbak latifahpun mengetahui bahwa ustadz farrid sangat mencintaiku dan begituu pula denganku.

Mbak latifah memberikanku sebuah buku dan surat dari ustadz farrid.buku tersebut berjudul “keikhlasan dalam qolbu zainab” terlintas dalam anganku. Bahwa aku akan kehilanganmu untuk selama-lamanya tapi aku hanyalah manusia biasa yang tak sempurna dan tak kuasa untuk menahan air mata,tapi aku percaya akan kuasa allah dan jodoh, kalau aku berjodoh dengannya pastilah aku akan bersamanya meski aku tak tahu kapan peristiwa itu tiba.

Di kesunyian malam itu ku buka selembaran kertas berwarna putih yang sudah ternodai tinta hitam yang tertulis kan:

Cahayaku yahabibibah fi qolbi,,,,,,

Air mata hati
Tak sanggup hati ini merenungi kenyataan
berlipur lara ku rasa dalam dada
menyulami hati dan jiwa dalam busana
erat ku rasa bila mengingat cahaya
menuai mimpi yang tak pasti
berurai air mata bercucur darah hati
menghembuskan nafas pasrah pada illahi
ku sambut hari itu dengan menyebut nama allah
bersujud,tunduk di hadapa-Nya
meminta ridlo keikhlasan dari cahaya
ku tuaikan syair-syair dalam kertas yang hampa tanpa kata
cahaya fi qolbi ingatlah akan kuasa-Nya bahwa hanya dialah yang berhak mengatur dan membimbing langkah kita,aku serahkan jalan kehidupanku kepada-Nya dan aku hanya ingin mendapat ridho-Nya, cahaya fi qolbi jadilah dirimu sebagai wanita yang sholikhah dan wujudkanlah keinginanamu sebagai khafidzoh,bahagiakanlah kedua orang tuamu,sesungguhya surge itu ada di telapak kaki ibu.

Keikhlasan itu adalah bingkisan hadiah yang akan kau berikan padaku, jadilah permata yang mempunyai seribu cahaya agar kau selalu mejadi yang menerangi mereka.

Aku hanya ingin menjalankan amanah dari romo dan itupun hanya semata-mata ingin kudapatka ridho-Nya..aku percaya allah telah merencanakan hal yang terbaik buat kita berdua. Dan kelak saat dirimu sudah menikah jadilah istri yang selalu berbakti kepada suami.

Ana farrid.   
Dengan bercucur air mata ku renungi isi surat ini. Hari demi hari ku lalui tanpa sapa dan senyuman ustadz farrid karena aku fikir mulai saat ini aku harus melupakannya dan mengikhlaskannya untuk orang lain yang akan mengisi hari-harinya nanti.di setiap pengajian, maupun mengaji aku masih tetap duduk di depan ustadz yang mengajarkan baik itu ustadz farrid maupun ustad-ustadz yang lainnya, tapi aku tidak pernah melihat wajahnya karena aku takut kalau nantinya aku tidak dapat melupakannya. Setelah hari itu tiba hari dimana ustadz farrid memiliki kehidupan barunya bersama umi farikahah aku muali mencoba mengikhlaskan segala keadan ini, akupun menghadiri pesta pernikahan mereka berdua. Dalam hatiku aku menangis meronta-ronta tapi aku hanya bisa bersandiwara dan tetap trersenyum seolah-olah aku tak pernah mencintainnya air mata ini pun rasanya kering seolah-olah mendukung alur cerita seperti cerita yang sudah terscenario sebelumnya, tetapi selang beberapa hari, hari yang aku tunggu-tunggupun tiba hari diaman aku memakai baju toga bersama teman-teman kuliahku aku di nobatkan sebagai lulusan terbaik di fakultas dakwah, dan aku memutusakan untuk melanjutkan kuliah s2 ku di yaman. Pada hari itu juga aku dan kedua orang tuaku berpamitan pada ustad farrid dan umi farikhah dan meminta do’anya agar apa yang menjadi impianku selama ini dapat terwujud yaitu aku ingin menjadi seorang dosen fakultas dakwah terbaik di salah satu universitas islam yang ada  di Indonesia.    

Kini tiba saatnya aku pergi untuk menimba ilmu di negri orang dan melupakan peristiwa-demi peristiwa.Aku mempunayai beberapa keingina yang aku tulis dalam buku diaryku  diantaranya: aku harus lulus s2 sebagai lulusan terbaik,aku harus bisa menghafal alqur’an,dan pulang mendapatkan suami seperti ustadz farrid.

Setelah disana beberapa tahun kurang lebih aku menyelesaiakan s2 ku selama 3 tahun dan keinginanku untuk menghafal alqur’an alahamdulillah dapat aku selesaikan denagan baik dan lancer,tiba saat yang ku nantikan yaitu pulang ke Indonesia ternyata allah mendengarkan keinginan –keinginanku setelah bebeerapa minggu aku di indonesia aku langsung mendapatkan surat panggilan di salah satu universitas terbaik di Indonesia dan di angakt menjadi dosen di fakultas dakwah,ternyata apa yang aku tuliskan dan yang aku impi-impikan dapat terwujud tapi itu juga dengan kesungguhan hati dak tawakkalku kepada sang pencipta dan hal tersebut juga tak lepas dari dukungan-dukungan orang-orang yang ada di sekitarku terutamanya kedua orang tuaku.Dan hanya satu yang belum terwujud tapi akupun tidak berhenti berdo’a dan akupun tak pernah memaksakan keinginanku itu, aku percaya allah pasti akan memberikan yang terbaik untuk hambanya yang mau berusaha di jalannya, karena itu aku pasrah siapapun yang menjadi suamiku aku hanya ingin dia menjadi imam yang terbaik buat diriku dan anak-anakku kelak.

Meski aku sudah beberapa bulan di Indonesia tapi aku tak pernah mendengar kabar tentang ustadz farrid dan umi farikhah,hanya kabar terakhir yang aku dapat dari salah satu temanku, itu pun ketika aku masih menjadi mahasiswa di yaman kabar yang aku dapat terakhir bahwa umi farikhah sudah hamil tiga bulan, dan ustadz farrid juga terjun di salah satu parpol dan ia mendapatkan amanat untuk menjadi ketuanya.

Siang itu aku tidak di perkenanakan oleh kedua orang tuaku perg untuk mengajar karena aku akan ta’arufan dengan calon suami yang di pilihkan oleh ayahku, dia datang bersama kedua orang tuanya ia bernama Ha’izul fadlo’il,ia lulusan s2 dari mesir lulusan ilmu tafsir dan ia sekarang sudah menjadi dosen termuda dan terabaik di unufersitas terbaik di semarang, memang ia asli dari semarang dan ia pun cucu dari salah satu kiyahi kondang di malang, jadi aku memutuskan untuk menerimanya, dan tanggal pernikahan kamipun juga sudah di tentukan meskipun aku masih belajar dan berusah mencintainya sebab semenjak aku di tinggalkan oleh ustadz farrid aku masih belum dapat membuka hatiku untuk siapapun,tapi aku berusa memerangi hatiku sendiri, dan berusaha mencintai mas Ha’iz sebagai calon pendamping hidupku.

Setelah kami menikah awalnya aku memang belum begitu cinta dengan mas ha’iz, dan setelah kami menikah beberapa bulanpun aku masih berusaha mencintainya dan aku jujur tentang perasaanku sesungguhnya dengan mas ha’iz dan ia pun mengerti dengan keadaku dan dia berjanji akan terus berusaha agar aku mencintainya dengan sepenuh hati,  dia sabar menunggu kedatangan ungkapan cinta dari bibirku, ia pun sebaliknya bercerita tentang dirinya bahwa hanya dirikulah orang yang membuat hatinya tenang dan gembira dan iapun jujur dengan menyebut nama Allah bahwa hanya aku lah wanita pertama dalam hati dan jiwanya aku merasa sangat berdosa karena telah menghianatinya tapi dia selalu meneguhakan hatiku agar selalu berusaha untuk mencintainya dengan sepenuhhatiku. Alhamdulillah setelah hampir satu tahun aku bersamanya allah telah mengabulkan segala do’a-do’aku dan keikhlasan suamiku untuk selalu berusaha membuatku jatuh cinta di kabulkan-Nya, dengan rasa yang indah ini aku mengarungi hari-hariku dengan kebahagiaan karena mas ha’iz selalu pefrhatian,selalu sabar menghadapi sikapku dan selalu membuatku merasakan kesempurnaan dalam hidupku, kebahagiaan itu lengakap sudah saat dalam rumah yang di disains khusus oleh tangan mertuaku sendiri itu di penuhi dengan tangisan seorang bayi, rasanya aku telah sempurna menjadi seorang istri yang dapat membuat semua keluargaku bahagia khususnya suamiku tercinta, mulut ini tak pernah berhenti mengucapkan kalimat syukur kepdaa sang pencipta atas anugrah yang telah di berikannya kepada keluargaku.

Tapi allah juga memeberikan coba’an bagi keluarga kami di saat kami sedang hangat-hangatnya menimang anak dan anak kami masih dalam masa lucu-lucunya allah mengambilnya dari kehidupan kami, dia meninggal karena sakit demam tinggi yang tak kunjung turun, kami sangat sedih sekali dengan kepergiyanya tapi kami juga telah berserah diri pada-Nya atas segala qada’ dan qadarnya, tapi Allah pun tidak berhenti disitu untuk menguji ke imanan seorang hambanya berselang satu minggu dari kepergian anak kami suamiku tercinta mengalami kecelakaan saat ia melekukan perjalanan ke kantor, dan saat dalam perjalan menuju rumah sakit Allah telah memanggilnya, hati ini tak kuasa menahan rasa sedih sampai-sampai aku tidak sadarkan diri beberapaa kali, dalam hatiku aku meronta-ronta ingin protes pada sang pencipta.Tetapi untunglah masih ada keluargaku yang masih ada di sampingku dan keluarga mertuaku pun sangat merasakan betapa rasa sakitnya hatiku saat ini.   

Aku terus mencoba bangkit dari keterpurukan ini, tapi aku hanyalah manusia biasa yang tak bisa menahan dan terus menahan rasa sakit kehilangan, aku berulang kali merintih lirih pada sang khalik siang malam aku berdo’a untuk kelencaran perjalanan ke dua orang yang saangat aku sayangi. Dan keluargakupun memutusakan agar aku kembali pulang bersama mereka, karena mereka tak mau kalau aku masih terus-menerus memikirkan suamiku dan anakku dan masih terus-terusan dalam keterpurukan.
selang beberapa bulan……………………….

Pagi itu aku mndapatkan buku yang berjudul ”mata itu milik illahi” tertulisakan nama sang pengirim farrid hidayat ponpes al-hidayah semarang. Aku bingung dengan nama pengirim dalam surat tersebut aku gak yakin kalau ini dari ustadz farrid, ia pun menyelempirkan surat untukku,
Untuk: nur laila soffaniyah.
Assalamu’alaiku wr.wb.

Mungkin kamu kaget dengan kedatangan surat ini, tapi aku harus mengirimkan surat ini dek laili.
Aku mengerti bagaimana keadaan hatimu saat ini, tapi aku tak mau membiarkan mu terus-terusan larut dalam kesedihan karena bagaimanapun juga aku sudah pernah merasakan bagaimana rasanya kehilangan orang yang pernah kita cintai, kalau boleh berbagi cerita aku ingin kamu mengetahui bagaimana keadaanku saat ini,

Setelah kepergianmu aku mengikhlaskan tentang alur jalan kehidupanku pada sang khaliq, aku berusah mencintai istriku yaitu farikah Alhamdulillah allah mengabulkan segala do’a-do’aku. Aku sedikit demi sedikit mulai mencintainya dan hari-hari yang ku lewati bersamanya terasa indah dan terasa penuh ridlo dari-Nya. Aku dan istriku di beri kesempatan untuk menimang seorang anak laki-laki tapi di saat kebahagiyaan itu tiba allah menguji keikhlasanku kembali, aku selalu berharap dan mulut ini enggan untuk berhenti memanjatkan do’a, keluaga kita semua berkumpul dengan mulut yang tak pernah berhenti untuk berdo’a pada-Nya.Tepat pukul 20.00 farikhah masuk ruang bersalin dan akupun dengan setia menemaninya dalam proses persalinan kami sangat bahagia sekali setelah kami mendengar jeriat tangis anak kami setelah di bersihkan akupun mengadzaninya tetapi setelah kumandang adzanku berhenti farikhah berdo’a dan setelah di ujung don’anya ia sempat berkata “  ya imamuka saya adalah wanita yang sangat beruntung sekali karena allah telah menganugrahiku seorang imam yang sangat bertanggung jawab dan beriman kepada-Nya do’akan aku mas,,,agar aku selalu di tuntun menuju cahaya istimewa-Nya” setelah itu farikhah menyium keningku dan  salam padaku dan dia mengucapkan takbir tiga kali setelah itu dia memejamkan mata seperti biasa ia tidur, tapi setelah aku memanggil-manggilnaya tak ada jawaban yang keluar dari ke dua bibir indahnya, dia telah meninggalkan aku dan bayi mungilku, aku mencoba tegar untuk menghapi cobaan ini dan sekarang sudah hampir satu tahun farikhah meninggal. Aku berniat untuk mencarikan seorang ibu untuk anakku sekaligus mencari sesosok wanita solikhah yang akan mengisi hari-hariku setelah farikhah, sebelumya aku minta maaf karena aku belum memionta izin kepadamu karena kemarin kedua orang tuaku sudah menghubungi kedua orang tuamu untuk meminta izin bersilaturrahim dengan keluargamu, tapi agar lebih baik aku meminta izinmu terlebih dahulu agar kedatanganku nanti tidak mengganggu ketenanganmu, kalau kamu mengizinkan besok lusa keluargaku akan berkunjung kerumahmu jikalau dirimu meengizinkan tolong hubungi keluargaku segera.
 
Sarang cahaya untukku
Kulihat sinar dari ujung batas penglihatanku
Entah mengapa cahaya ini datang kembali
Rasa cinta terhadap cahaya
Masih tumbuh dalam ladang hatiku
Entah dengan cahaya itu sendiri
Apakah setelah kumbang itu hilang dari sarang hatinya
Masihkah ada ruang untukku ber huni ?
Aku takut hati cahaya redup dan tak bisa mengapi lagi
Entah sampai kapan hati ini sampai di sanubari
Tapi hanyalah ada dua cahaya dalam hidupku
Yang tak akan pernah sirna untuk selamanya
Ku ingin cahayamu selalu menerangi hatiku
Menghantarkanku pada ridlo-Nya
Terima kasih ku ucapkan atas waktu luang yang diberikan untuk membaca surat dariku.
Wassalamu’alakum wr.wb.

arrid hidayat.

Setelah aku membaca semua isi surat itu aku hanya bisa diam termenung dan terpaku dalam balutan mukena, ku panjatkan do’a pada sang khaliq meminta petunjuk dari-Nya bagaimanakah baiknya alur cerita kehidupanku kelak bahwa, aku bukanlah seorang wanita yang mampu melewati parit dengan menyincing busanaku sendiri tanpa bantuan orang lain untuk membawakan barang yang aku tenteng, dan aku bukanlah wanita yang mudah memindahkan rasa cinta ini seperti aku memindahkan foto di hp satu ke hp yang lain.

Di suatu malam aku shalat istikhoroh untuk yang terakhir yaitu yang ke tujuh aku meminta petunjuk lewat mimpi yang sebelumnya juga terus aku lakukan tapi allah belum juga memberikan petunjuk kepadaku, tapi kali ini berbeda untuk yang terakhir ini aku di tunjukan allah melalui suatu mimpi dimana disitu aku bertemu  dengan suamiku(mas ha’iz) ia memberikan surban kepadaku dan surban itu sama seperti surban yang pernah di pakai oleh uztadz farrid pada saat aku masih nyantri di pondiknya, dan disitu pun aku di beri qur’an oleh seorang laki-laki yang tak aku kenal tetapi mas ha’iz berkata kalau itu  adalah anak kita dan ia pun tersenyemum manis kepadaku dan memanggilku umi, tiba-tiba aku langsung terbangun dari tidurku terdengarlah suara adzan subuh ditelingaku, dan aku baru menyadari bahwa tadi itu adalah sebuah mimpi dan mungkin itu petunjuk dari allah yang di tunjukan lewat mimpi kepadaku dan aku pun bergegas mengambil air wudlu dan segera shalat berjama’ah bersama-sama di masjid yang tidak jauh dari rumahku, setelah matahari menampakkan ke gagahanya aku langsung menceritakan semua mimpiku kepada ayah dan ibuku dan akupun langsung meminta ayhku untuk segera menghubungi keluarga ustadz farrid agar mereka segera silaturrahim dengan keluargaku dan pagi itu ayahku langsung meminta keluarga ustadz farrid datang untuk melakukan ta’arufan terhadapku, tidak lama kemudian berselang dua hari kemudian keluarga besar dari keluarga ustadz farrid pun datang  dan subkhanallah hati ini terasa tenang sekali saat aku melihat wajah ustadz farrid yang masih kelihatan muda itu dan tak tampak sedikitpun perubahan di wajah dan penampilannya dan entah mengapa jantung ini berdetak dengan kencang dan rasanya tak dapat aku sembunyikan lagi rasa cinta yang tumbuh secara tiba-tiba dan rasanya aku ingin cepat-cepat memilikinya, dan aku sangat bahagia saat ia melamrku di hadapan kedua orang tuaku dan kedua orang tuanya, dan dengan mengucap lafal basmallah kuteguhkan dan untuk meyakinkan bahwa dia adalah imam yang baik untukku dan akupun menerima lamarannya. Kedua keluarga kamipun sangat senang  mendengarkannya, dan kami langsung menentukan tanggal ijab qobul dan pesta yang sederhana yang kan kami laksanakan di pondok ustadz farrid.

Alhamdulillah hari itu telah tiba hari dimana kami menyatukan ikrar untuk melakukan sunnah illahi dan meminta ridlo dari-Nya kami pun bak ratu dan permaisurinya sampai  saat hari ijab qobulpun aku masih belum berani menatap matanya karena jantungku masih bergetar dengan cepat saat aku melihat wajahnya. Dan akhirnya rasa kehilangan yang pernah aku rasakan dan pahitnya ditinggal orang yang saya sayangi seolah-olah pergi jauh dan tak mau kembali,aku sangat senang sekali karena aku telah mempunyai keluarga seutuhnya mempunyai suami yang baik dan anak laki-laki yang ganteng sekali dan solikh dan keluarganyapun sangat menyayangiku terutama mas farrid dia selalu memanjakanku dalam balutan aroma islaminya,hidup ini terasa milik kita berdua,dan apa yang aku tuliskan dalam buku dearyku dulu ternyata semua itu dapat terwujud dan semuanya itu aku alami dan menjadi cerita dalam kehidupanku.
Alhamdulillah…………………………………………………………………………. 


JANJI CINTA ABADI

Chacha sedang memandangi langit yang penuh dengan bintang-bintang yang berkelip indah dilangit pada waktu malam itu. Ia sedang memikirkan mantan kekasihnya yang baru saja putus.
“tega banget sih dia sama aku, aku sangat mencintainya tapi kenapa dia meninggalkan aku untuk orang lain” curahan isi hatinya yang ia ceritakan pada teman cowoknya
“sudahlah mendingan kamu lupain dia dan kamu cari cowok lain” rizky (temannya)
“tapi kan riz, nyari cowok itu gak semudah yang kamu fikirkan” chacha
“memang apa sulitnya sih mencari penggantinya” rizky
“aku harus mencari seseorang yang benar-benar mencintai aku” chacha
“aku mencintai kamu” rizky
“gak usah bercanda deh” chacha
“aku serius, aku sayang sama kamu dan aku bisa jagain kamu seumur hidupku, kamu mau kan jadi kekasih aku” tatapan rizky tajam
“kalo memang kamu benar-benar sayang sama aku, oke lah aku mau” jawab chacha

Pada malam itu lah mereka menjalani cerita cinta mereka yang sangat indah.
Dan mereka berjanji, akan saling menjaga dan mencintai sampai ajal menjemput
Hari demi hari ia lalui dengan kekuatan cinta mereka .
Disaat chacha sedang kehujanan pada waktu pulang sekolah, rizky menemaninya dan memeluk tubuh chacha, di peluknya begitu erat
Disaat chacha terjatuh dan terluka, rizky melindungi dan mengobati lukanya
Dan terus berkata ‘AKU SAYANG KAMU, AKU AKAN SELALU DISISI MU
Pada suatu hari chacha menemui surat mungil yang tergeletak dimeja sekolahnya
Dibuka kertas itu dan dibaca olehnya
“sayang,, jika suatu saat nanti aku tidak bisa menemani hari-harimu karna aku tidak ada di sampingmu, jangan lah kamu bersedih dan janganlah menjatuhkan 1 butir air mata mu

Ingat lah.. aku akan selalu dihatimu, kapan pun dan dimana pun.
Dan aku akan selalu menepati janji ku kepadamu, bahwa aku akan selalu menjaga mu walaupun aku tidak terlihat dimatamu tapi aku akan selalu bersinar dihatimu seperti bintang yang sangat terang
Mulai sekarang janganlah kamu mencari ku karna semua itu percuma,,
Aku sayang kamu selamanya, love you chacha
Dari: rizky”


Chacha sangat terkejut membaca surat itu, dan maurin teman dekatnya mendatangi chacha
“cha, ada apa” maurin
“aku gak ngerti apa yang dimaksud rizky, dia kasih surat ini ke aku” chacha
“memang kamu gak tau, apa yang terjadi sama rizky” maurin
“apa?? Apa yang terjadi” chacha
“rizky baru saja mengalami kecelakaan dan dia kritis dirumah sakit” maurin

Chacha sangat terkejut dan ia segera pergi kerumah sakit bersama maurin
Chacha yang melihat rizky terbaring lemah, dan memakai alat bantu pernafasan
Chacha pun menerobos ruangan dan terus bertriak sambil menangis tetapi suster dan dokter berusaha memisahkan chacha dan rizky. Tak lama kemudian dokter keluar dari ruangan UGD
Dan dokter berkata bahwa pasien telah meninggal dunia
Chacha tak berhenti-hentinya menangisi kepergian rizky, ia kecewa dengan dirinya karna dia tidak bisa menjaga rizky dengan baik
Chacha pulang dengan lesu dan tak bersemangat hidup.

Keesokan harinya, maurin mendatangi kontrakan chacha yang kebetulan chacha tinggal sendiri
Tak disangka oleh maurin, chacha terbaring dikamar mandi dengan banyaknya darah yang keluar dari tangan chacha dan ditemukannya sebuah kertas yang berisi
“mungkin apa yang ku lakukan ini salah, dan sangat berdosa

Tapi aku tidak tahan dengan kehidupan ku yang sekarang, di tinggal oleh seseorang yang aku cintai
Mungkin kita akan bertemu diakherat nanti dan akan bahagia disana.
Dan aku juga menepati janji kita berdua ‘menjaga dan mencintai dalam dunia dan akherat’
Aku sayang kamu rizky.. sampai akhir ku menutup mata”

KETIKA CINTA TAK DIRESTUI

Nama ku anaLieca sundari , temanteman ku memanggil ku nana . aku terlahir disebuah kota kecil tepatnya disubang pada tanggal 24 juni 1994, dari kecil aku tinggal bersama nenekku dbandung, sedangkan mama dbekasi dan papa dipekanbaru, ketika aku mulai beranjak dewasa.. aku dan mama pindah kekota pekanbaru dengan niat menyusul papa dan tinggal bersama papa diekanbaru.

Dikota ini lagh aku dibesarkan oleh kedua orang tua ku , dan dikota ini ugak aku mulai mengertii pergaulan, hingga akhirnya aku mengenal seorang pria yang saat ini telah menjadi pacar ku, dy adalah Risky aLdino panggil saja dy risky . ya aku mengenalnya dari seorang teman ku yang bernama alfy, berwal dari malam itu aku dan dya mulai mencoba mengenal satu sama lain, hingga akhirnya aku dan dy menjadi sepasang kekasih.

Begitu banyak perbedaan antara kami, aku hanya seorang gadis yang terlahir dari keluarga pas-pas'an yang suatu saat aku akan jadi tulang punggung keluarga jikalau kelak papa ku udah gak ada , sedangkn dy, dy terlahir dari keluarga kaya,terpandang,dan berpendidikan, . terkadang aku mengelu padanya akan semua perbedaan itu, tetapi dy selalu yakinkan ku bahwa rasa itu tak'an pernah hilang , aku hanya tersenyum menatapnya, dan aku berkata!
"ky, aku takut kalauorang tua kamu gak merestui hubungan kita "!
"kamu tenang ajalah , yang jalani kan aku bukan mereka" dya terus coba ntuk meyakinkan ku !"
"aku hanya menarik nafas dan tersenyum padanya".

Ketika disabtu pagi , aku   mulai terbangun dari tidurku melihat kearah jam dinding yang berdetak , menunjukan  PUKUL 10.30 pagi , aku mulai bergegas mandi karena hari ini risky memintaku untuk menemuinya, ntah knapa pagi itu tersa aku ingin selalu tersenyum bahagia, bercemin dan menyisir rambut ku tiba-tiba kudengar bunyi suara sepeda motor yang berhenti di depan rumah , ternyata benar itu adalah risky .
riski menatap ku,dan memberi isyarat menyuruh ku untuk keluar dari rumah . aku coba tersenyum menyapanya, dan duduk disampingnya tapi, dia hanya diam dan termenung seolah ingin menyampikan sesuatu yang tak mampu dy samapaikan , dan aku bertanya padanya ..
"ky, kok  diam kamu knapa? tanyaku
"ada yang mau aku bilang samakamu nha,!
'apa bilang lagh' aku tersenyum ..
"aku dipindahkan sekola sama mama aku ,kesorek kampung aku"!
"hahaha , aku tertawa menatapnya , kamu becanda kan ?
"aku serius!" jawab risky
Tertawaku menjadi sebuah bencana yang terasa mencambuk, air mata terasa ingin menetes, ketika pengakuan darinya bukan sebua lelucon !, tapi aku coba tenangkan diri aku dan keadian itu hanya sebua mimipi, namun apa daya itu semuanyata .

Waktu terus berputar, hingga menunjukan  waktu 19.15 . malam minggu ini tersa sangat biasa saja , tak ada kebahagian dari raut wajahku setela mndengar cerita siang tadi , karena malam inii adalah malam terakhir aku bersamanya .'!
Aku dan risky pergi kesebuah tempat, yang udah gag asing lagi, tempat biasa yang sering kami kunjungi ,gedung MTQ ! aku memulai pembicaraan '
"ini malam terakhir kita sam-sama, malam ini kamu sama aku ya'!
" iya , dya pun mnawab !kamu angan selingkuh ya (risky bilang)
" aku tersenyum dan berkata, iya aku gagg kan selingkuh . sekolah yang bener ya disana jangan buat mama kamu kecewa lagi!
"iya" ! dy hanya tersenyum . Aku memeluknya erat, seakan tak mampu melihatnya pergi esok :(
***
  Minggu yang cerah, aku terbangun dari tidur ku tepat jam 12.00 badan ku terasa lelah melewati malam terakhir bersamanya sore ini aku harus  menemui risky sebelum dya pergi ke sorek, terasa sedih melepaskan kepergiannya namun kucoba tegarkarena ku tau ini demi kebaikannya , karena sekolah adalah hal utama buatnya . Detak jam pun mulai berputar, waktu mengarahkan PUKUL 15.20, saatnya aku menemui dya, enta kenapa rasa egois ku pun mulai timbul, aku pengen ikut kesorek menemaninya, tapi keingiinan itu dibantah oleh risky , aku hanya terdiam !'
"nha, aku dsana cuma sebentar kok gag lama , aku janji seminggu sekali aku bakalan pulang kepekan untuk menemuimu"! dya menatap ku dan coba yakinkan ku kepergian itu hanya benar-benar sebentar !' dan aku coba menatapnya dan berakata "janji ya"! kutunjukan raut wajahku dengan mata yang berkaca-kaca. akhirnya ku lepaskan    dy pergi, aku masuk rumah menuju pintu kamar dan menangis .

Malam ini terasa sunyi tanpa canda tawanya , sesekali kulihat hape ku menunggu kabar darinya , ku tunggu dan terus ku tunggu tidak ada satu pesanpun darinya, hingga hari mulai larut malam . hape ku berbunyi, aku cepat berlari mengambil hp ku , bahagianya 1pesan masuk darinya !'
"maap yank, aku baru nyampe jadi baru ngasih kabar tadi hape aku mati, batrainya habis"!
aku membalas pesan darinya "iya, gpp kamu dah makan yank?'
pesan darinya hanya datang sekali, mata ini terasa ngantuk, hingga akhirnya aku terLelap dari tidur ku, karena lelah menunggu sebuah pesan masuk darinya.
***

Waktu itu, aku sempat mengenalkannya kepada orang tua ku, namun mereka merestui hubungan kami, mama & papa ku tak terlalu ikut campur dalm urusan hubungan kami, mereka selalu mendukungku, mendukung hubungan kami, ya selama hubungan kami normal-normal saja.  Tapi, ntah apa yang ad dalam fikiran risky sudah 7bulan aku bersamanya dya tidak pernah sekalipun mengenalkan ku kepada orang tuanya , ntah laghh aku pun tidak tau kenapa. aku hanya coba bersabar, menunggu hari itu datang !.


Seminggu sudah risky sekolah di sorek, dan hari ini hari dya pulang kepekan aku bahagia menunggu kedatangannya,, karena beberapa  hari ini aku hanya bisa merindukannya lewat sebuah via pesan atau facebook, seetelahh kutunggu-tunggu akirnya dya datang juga. Rasa rindu dan bahagia itu, braduk menjadi satu, saat kulihat dya ddepan mataku. Aku ingin memeluknya, namun kumalu. malam minggu ini aku bersamanya, bahagia itu bener-bener  terasa bersamanya. tapi, esok dya harus kembali lagi kesorek , begitu singkat waktu yang ku rasakan bersamanaya .

Minggu pagi ini, risky memintaku , bangun lebih pagi dari biasanyaa karena dya ingin mengajak ku nonton di sebuah bioskop . akhirnya aku dan risky pergi nonton aku hanya cuma diam dan menghitung setiap detik dalam hatiku , karena waktuku bersamanya tinggal beberapa jam lagi . waktu menunjukan pukul 15.30 sore ini waktunya risky pulang kesorek . tapi, entah apa yang ada difikirannya dya memintaku untuk ikut menemaninya kesorek , aku pun tak menolak ajak'anya aku mengikutinya kesorek. karena , tanpanya dikota ini sendirian membuat aku merasa jenuh. Akhirnya, sore itu aku dan dya melanjtkan perjalanan kesorek, niat ku ikut dengannya dengan tujuan baik , bukan karena nafsu sesaat ingin bersamanya, tapiaku hanya ingin meliatnya benar-benar sekolah tanpa membuat mama & papa nya kecewa lagi . Hari-hari itu kulewati bersamanya, sekian banyak hari yang kulewati dengannya tiada hari yang tak indah , tapi, hari ini dy terlihat berbeda, dia mulai bolos sekolah, aku mulai marah melihatnya tidak sekolah '! aku coba mendekatinya dan bertanya , "kenapa kamu gak mau sekolah ky "?kan sekarang udah ada aku yang temani kamu disini !"'
"aku lagi ada masalah dirumah, lagian aku malas sekolah nha "! jawabnya
"sekolah lahh, jangan buat mama kamu kecewa lagi, mohon aku haa kalau kamu gag mau sekolah mintak uang gaek kamu buka usaha kecil-kecila'an yang bisa menguntung kan !" jawab ku memberi saran .
"percuma aku sekolah, otak aku gak mampu'!jawabnya ketus
"makanya belajar, jangan nyontek mulu dmana ada niat dstuu pasti ada jalan !
"aku, malas sekolah aku bilang jangan lah paksa-paksa aku untuk sekolah'!
aku hanya terdiam,disaat dia membentak ku . malam itu dya mengajak ku kesebuah tempat, tempat dmana yang menurutnya bisa ilangin rasa bosan ,yaitu studio band ya studio band, ku akui dy memang mahir memainkan alat musik termasuk gitar, yang selalu dya mainkan didepanku . Aku mulai mengerti, kebahagiaannya hanya ada dalam sebuah gitar, menjadi seorang gitaris terkenal itu adalah cita-cita nya , saat ini hanya aku yang mengerti apa yang dia mau. bukan sekolah yang dya mau , karena baginya tanpa sekolah pun dia bisa sukses, aku hanya mendukung, apa yang membuatnya bahagia selama apa yang dya lakukan itu fositive .

Pagi ini, dya terliat buru-buru dengan pakaian seragam SMA dan membawa sebuah tas yang berisi beberapa helai baju, aku tak banyak bertanya dya meminta ku cepat menaiki sepeda motornya,ternyata pagi ini dia mengajakku pulang ke pekanbaru .  Sesampainya dipekanbaru, dya tak pulang kerumah dan aku bertanya-tanya , sebenarnya ada apa ini ?'
"kita mau kemana ky "? trus knapa kamu gag pulang kerumah dulu . tanyaku.
"kamu, diam aja lah aku malas pulang" !
"loh, kenapa "? tanyaku
"aku mau jual motor aku , terus uangnya kita pakek OTW bandung".
"gpaen kbandung "?
dya cuma diam , dan gak jawab pertanyaan ku lagi .'!
kebersmaan itu, tersa bener mlai tersa, saat ini gak ada satu orang pun yang bisa rasakan perjalan cinta kami, normal tanpa sex .

Malam ini aku masi bersamanya, dan aku masi belum mengerti apayang ada difikirannya. dering hp pun berbunyi memecahkan kesunyian,  ternyata sebuah pesan dari 'mama' risky , yang terbaca sekilas oleh ku . aku rasakan kasih sayang seorang ibu, yang udah lama tidak pernah aku rasakan . sebua telepon pun dya angkat dari seseorang yang tak lain adalah mamanya, entah apa yang mereka bicarakan aku pun tak mengerti ! risky mengajak ku kesebuah tempat makan , untuk menemui mama & papa nya . ketika mobil avanza berwana hitam berhenti tepat didepan ku,aku terharu melihat seorang ibu turun dari mobil dan memintaku masuk kedalam mobil untuk menyelesaikan masalah . diperjalanan menuju sebuah kantor, dya begitu ramah menyapa ku, menanyakan siapa namaku, dan apa aja yang udah kami lakukan selama pacaran, aku menarik nafas menjawab semua pertanyaan tanpa gerogii . sesampainya di depan sebuah kantor,aku mulai turun darimobil dengan rasa cemas, ku tatap mata riski, sebenarnya apa yang akan terjadi . Aku melihat beberapa orang yang asing bagiku, tidak lain mereka adalah bagian dari keluarga risky, aku masi bertanya-tanya , apa yang akan terjadi . Aku memasuki sebuah ruangan, duduk di kursi sofa melihat semua orang disekitarku, yang menatapku dengan tatapan tajam, termasuk seorang ibu yang ku kenal ramah tadi didalam mobil .

Pertanyaan pertama dari seorang abang ipar risky, kata lain suami dari kakak risky . dy bertanya pada risky .!
"kenapa kamu gag mau sekola dino"? ya mereka memanggil risky dengan sebutan dino .
risky menjawab, "karena jauh dari nana, no gag bisa jauh dari dy bang"!
aku tersentak, ketika nama ku tercantum menjadi sebuah alasan .
abangnya menatapku, dan bertanya padaku.'!
"nana, kenapa kamu ikut'in dino kesorek"?
aku menjawab dengan nada pelan "cuma ingin, temani dya sekolah bang, katanya kalau gak ada saya gak mau dya sekolah bang"!
lalu dy bertanya pada risky "iya dino, "?
isky menawab "iya " ..
"kalau gag ada nana gmana tanya abangnya"?
"MATI" .... jawaban yang membuat aku benar* terkejut !
tiba-tiba, suara seorang ibu terdengar dan berkata "kamu,pelet anak saya"?
pertanyaan itu, begitu mencambuk ku . Terlintas wajah papa difikiran ku saat itu,  aku ingatperjuangan nya membesarkanku dengan ilmu-ilmu agama , tak pernah papa mengajarkan ku aliran sesat sedikit pun '! air mata ini terasa ingin menetes .
riski membatah pertanyaan ibunya, "mama, jangan kayag gitu lagh"!
mama nya terus mengujamku dengan sebua pertanyaan, yang menusuk , mereka menanyakan apa pekerjaan orang tua ku '! dan aku menjawab "ibu saya seorang ibu rumah tangga, dan papa saya bekerja sebagai cleaning srvice disebuah hotel"
"emang cukup, untuk hidup kalian tuh"? pertanyaan itu benar-benar membuat aku tak punya harga diri . Akhirnya, pertemuan singkat itu selesai , riski mengajak ku masuk dalam mobil, dan bicara padaku 4mata ..
"nha, aku sayang kau jangan kau tinggalin aku ya "! dy menangis
"aku gag bisa dihina kayag gini ky, aku memang miskin tapi aku punya harga diri . kita tu banyak pebedaan, aku memang orang gak mampu tapi sumpah demi allah, aku gag pernah pelet kamu ,.... aku tulus sayang  sama kau" jawab ku dengan nada tersedu-sedu karena menangis, selama ni aku selalu ngasih motivasi ntuk kamu , nyuruh kamu terus sekolah , tapi apa ? mereka tetap menyalah kan ku .

Kejadian malam tadi, membuat aku takut menemuinya . kucoba menghindar,namun apalah kekuatan cinta itu tk mampu pisah kan kami  . tuhan , terima kasih udah takdirkan dya untuk ku, meski cinta kami tak dapat restu , tapi aku yakin, harta mereka tak'an mampu membuat dy dn aku bahagia .

**THE_AND**
SELAKSANA RINDU DARI PESANTREN

Matahari pagi menyentuh pipiku. Berpendar pasi, seperti juga dedaunan. Sepi. Aku merentangkan kedua tanganku lebar-lebar, berharap aku bisa terbang dan menikmati seluruh ciptaan Tuhan dari atas sana. Mataku belum terbuka sepenuhnya, tapi tiba-tiba aku menatap sebuah amplop berwarna jingga di depan pintu kamarku. Kuambil lalu kubaca untuk siapa surat ini. Aku tersentak, surat ini untukku. Di sana terpampang jelas namaku, “untuk : VIDIANO LUCAS JOSEPH”.          

Aku heran, tak ada nama pengirim maupun alamat di baliknya. Dengan perasaan yang penuh tanda tanya aku segera merobek surat itu, lalu perlahan aku membaca isinya.

6 Mei 2009

Assalamualaikum…          

Semoga Tuhan selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada setiap manusia. Apa kabar Lucas? Semoga kau tetap baik-baik saja. Alhamdulillah, keadaanku jauh lebih baik saat ini dibandingkan pada saat kita terakhir bertemu akhir tahun lalu.          

Sekarang, aku sudah bekerja menjadi guru di sebuah Pondok Pesantren di Jawa Timur. Menyenangkan sekali ternyata menjadi guru itu. Padahal sejak dulu aku tak pernah punya cita-cita untuk mengamalkan ilmuku pada makhluk-makhluk kecil Allah yang ternyata sangat membutuhkan uluran tanganku.          

Pesantren yang asri dan damai. Jauh dari kebisingan dan kemacetan kota yang sering aku alami beberapa waktu lalu. Sepertinya, aku ingin menghabiskan seluruh hidupku di tempat ini. Mengamalkan semua ilmu yang kumiliki sehingga aku bisa mengabdikan seluruh hidupku pada Allah yang Esa. Hanya pada Allah, Tuhanku.          

Lucas, sejujurnya aku ingin mengatakan sesuatu padamu melalui secarik kertas putih ini. Masih ingatkah kamu, di saat kita bersama? Tertawa, menangis dan memperjuangkan cinta kita? Sebenarnya aku masih sangat ingin merasakan itu semua bersamamu, hanya bersamamu. Namun, jika aku memaksakan untuk terus bersamamu, aku egois!          

Maafkan aku Lucas, cinta memang datang begitu saja, tapi pergi seringnya menyisakan luka. Aku mengenalmu karena kebaikanmu, aku mulai mencintaimu karena ketulusanmu, sedangkan aku pergi meninggalkanmu karena aku mencintaimu. Bila sekarang ada seseorang yang menanyakan siapa yang paling aku cintai, aku jawab Tuhanku, jika seseorang itu masih bertanya maka akan aku jawab orangtuaku, namun bila pertanyaan itu tak berhenti di sini, maka dengan yakin akan aku jawab “kamu”!          

Kamu tahu, jika perbedaan kita sangatlah mendasar. Sebuah perbedaan lazim antara manusia namun tak pernah jadi lazim jika salah satu di antara kita ingin menyamakan. Lucas, setelah kita berpisah akhir tahun lalu, sering mataku merah bahkan bengkak karena aku tak bisa lupakan semua kebaikanmu. Sering bibirku tersenyum pada semua lelaki namun hatiku menangis mengingatmu. Kadang aku berpikir, masihkah kau merasakan apa yang aku rasakan? Masihkah kau menyimpan senyumku di dasar hatimu? Atau masihkah kau ingat saat indah bersamaku? Aku tak pernah tahu, karena sekali pun kau tak pernah memberitahuku.          

Bagaimana cerita cintamu sekarang, Lucas? Apakah kau masih mencintaiku seperti dulu? Atau apakah kau menemui wanita yang lebih baik dariku? Jika aku sudah tergantikan di hatimu, aku turut berbahagia meskipun hatiku teriris perih. Jika belum, aku sedih mendengarnya meskipun hatiku bersorak gembira

1 komentar: